Sekitar seminggu yang lalu, aku pergi ke ATM di jalan Arif Rahman Hakim karena uang sudah mulai menipis. Saat di ATM, aku buka dompet, eh nggak taunya kartu KTM (juga berfungsi sebagai ATM) ternyata nggak ada di dompet. Waduh, kemana ni keberadaannya. Aku udah curiga jangan-jangan hilang. Tapi aku baik ke kos siapa tahu ketinggalan di kos, atau mungkin ada di tas. Setalh aku cari-cari, ternyata nggak ketemu. Hmm, udah bisa dipastikan hilang. Kemungkinan ketinggalan di ATM saat tarik tunai hari selasa nya, atau mungkin jatuh entah dimana.
Sehari setelah itu, aku memutuskan untuk langsung mengurus KTM yang hilang. Awalnya aku langsung menuju ke kantor polisi, ternyata harus pakai pengantar dari BAAK. Jadi, aku mengurus surat pengantar keterangan kehilangan KTM di BAAK. Setelah selesai, aku balik lagi ke kantor polisi buat mengurus surat kehilangan. Awalnya dimintai keterangan terkait kehilangan, lalu dibuatkan surat keterangan kehilangan. Setelah surat selesai dibuat, aku diminta untuk menandatanganinya. Lalu suratnya dikasihkan keaku.
"Sudah, pak?" tanyaku.
"Sudah, mas. Peleresnya kalo ada, kalo nggak ada juga nggak apa-apa," jawabnya.
"???!!!???!!!" aku mikir, bingung, tapi kayaknya masalah r-up-iah.
"Berapa, Pak?" tanyaku.
"Seadanya saja, kalo nggak ada juga nggak apa-apa," jawabnya.
"HHmmmm, gitu ya ternyata.....," ucap dalam hati.
Nah, ternyata terbukti juga apa yang diceritakan temenku. Mengenai istilah "peleres" itu, diartikan sendiri ya, pasti sudah paham maksudnya, jadi tidak perlu dijelaskan lagi.
No comments:
Post a Comment